TAHLILAN

A.            APA ITU TAHLILAN ?

Dari kata tahlil yang berasal dari kata  هلل-  يهلل- تهليلا  yang beraarti mengucapkan kalimat      لا إله الا الله .

Menurut istilah tahlilan merupakan rangkaian berbagai lafadz dzikir yang dianjurkan dalam syariat (surat fatehah, mu’awwidzat, istighfar, sholawat dll) sebagai wasilah dalam beribadah dan memiliki fadhilah masyhuroh yang bacaan intinya adalah kalimat tahlil/kalimat toyyibah (لا إله الا الله ). Karena itulah dzikir yang sering diamalkan masyarakat tersebut dinamakann tahlilan.

Hukum buka bersama

Pelaksanaan buka bersama maarak sekali di negeri kita, entah dinegara lain apa juga ada hal semacam tersebut, buka bersama bias dijadikan momen untuk silaturrahmi, baik murni kekeluargaan, persahabatan, maupun telah berbau kepentingan individu atau golongan tertentu, seperti jumpa pendukung politik, sosialisasi program lembaga tertentu , sedekahan atau kenduri yang biasanya malam hari juga dibuat menjadi acara buka bersama bahkan sebagai acara khusus tayangan sebuah televisi.

MENYELENGGARAKAN SHOLAT JUM’AT

Dalam postingan terdahulu telah saya kemukakan tentang awal mula pelaksanaan sholat jumat, dan mari kita buka buka literatur tentang penyelenggaraannya.
Dalam  pelaksanaan sholat jum’at sebenarnya ada dua sisi yang mungkin terkadang kita kurang memperhatikannya, yaitu :

• 1.       Kewajiban umat islam untuk melaksanakan
• 2.       Kebolehan umat Islam menyelenggarakan.

 Tentang kewajiban Umat islam untuk melaksanakan insyaalloh akan saya munculkan pada artikel lain, yang perlu saya kemukakan saat ini adalah tentang menyelengarakan sholat jum’at.

Biasanya akanmuncul beberapa pertanyaann sebagai berikut  :

1.       Berapa jumlah minimal melaksanakan sholat jum’at

2.       Siapa sajakah yang boleh menyelenggarakan shoal jum’at.

Awal Mula Sholat Jum'at

Setiap turun wahyu berupa perintah syariah biasanya baginda nabi yang langsung mempelopori pelaksanaannya, namun lain halnya dengan sholat Jum’at, saat turun perintah pelaksanaan Solat jum’at baginda rosul masih berada di Makkah, belum hijrah ke Madinah, kaum muslimin dalam keadaan sulit dan terhimpit dan jumlah yang sedikit, akhirnya baginda rosul meemerintahkan kepada Mush’ab bin Umair yang saat itu menjadi pemimpin kaum muslimin Madinah, dan beliau menyerahkan pelaksanaannya kepada